Feeds:
Pos
Komentar

Mukhtashar Ulumil-Qur’aan

[Ringkasan Ilmu Al Qur’an]

————————————————————————————————————–

Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur’an

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah.


Sumber rujukan dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Al-Qur’an

Yakni Al-Qur’an ditafsirkan dengan Al-Qur’an, karena Allah ta’ala Dia-lah Dzat yang menurunkan Al-Qur’an dan Dia-lah yang paling mengetahui maksud yang terkandung dalam Al-Qur’an.

1). Firman Allaah ta’ala :

أَلآ إِنّ أَوْلِيَآءَ اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

”Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Yunus : 62).
[Baca Selengkapnya]

Tafsir….

Mukhtashar Ulumil-Qur’aan

[Ringkasan Ilmu Al Qur’an]

————————————————————————————————————–

TAFSIR

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah


Makna Tafsir Secara Bahasa dan Istilah

Secara bahasa, tafsir berasal dari kata الفَسْرُ, yaitu menyingkap sesuatu yang tertutup.

Dan secara istilah, tafsir adalah menjelaskan makna-makna Al-Qur’an Al-Karim. Mempelajari tafsir hukumnya adalah wajib, berdasarkan firman Allah ta’ala :

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لّيَدّبّرُوَاْ آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكّرَ أُوْلُو الألْبَابِ

”Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS. Shaad : 29).
[Baca Selengkapnya]

Mukhtashar Ulumil-Qur’aan

[Ringkasan Ilmu Al Qur’an]

————————————————————————————————————–

Tartib dalam Al-Qur’an

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah

Yang dimaksud dengan tartib dalam Al-Qur’an adalah membaca Al-Qur’an secara berkesinambungan dan berurtan sesuai dengan yang tertulis dalam Mushhaf-Mushhaf dan yang dihafal oleh para shahabat radliyallaahu ‘anhum ajma’in.

Tartib dalam Al-Qur’an ada 3 macam, yaitu :
[Baca Selengkapnya Tartib dalam Al Qur’aan]

Mukhtashar Ulumil-Qur’aan

[Ringkasan Ilmu Al Qur’an]

————————————————————————————————————–

Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah

Pembagian ayat-ayat dalam Al-Qur’an menjadi Makiyyah dan Madaniyyah, menunjukkan Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam secara berangsur-angsur. Turunnya Al-Qur’an yang demikian itu mempunyai hikmah yang banyak di antaranya :

[Baca Selengkapnya]

Mukhtashar Ulumil-Qur’aan

[Ringkasan Ilmu Al Qur’an]

————————————————————————————————————–

Ayat Makiyyah dan Madaniyyah

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Dan sebagian besar wahyu Al-Qur’an itu Rasulullah terima di Makkah.

Allah ta’ala berfirman :

وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النّاسِ عَلَىَ مُكْثٍ وَنَزّلْنَاهُ تَنْزِيلاً

”Dan Al-Qur’an, telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian” (QS. Al-Israa’ : 106)

[Baca Selengkapnya]

Mukhtashar Ulumil-Qur’aan

[Ringkasan Ilmu Al Qur’an]

————————————————————————————————————–

Keumuman Lafadh dan Kekhususan Sebab

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah

Apabila ada suatu ayat yang turun yang berhubungan dengan sebab tertentu secara khusus, sedangkan bentuk lafadhnya bersifat umum, maka cakupan hukum dalam lafadh disamping berlaku untuk sebab khusus tersebut, juga berlaku secara umum sesuai dengan keumuman lafadhnya. Karena Al-Qur’an turun sebagai syari’at yang umum dan berlaku untuk semua umat. Maka pengambilan dasar hukum atas nash itu didasarkan kepada keumuman lafadh, tidak pada kekhususan sebabnya.

[Baca Selengkapnya]

Mukhtashar Ulumil-Qur’aan

[Ringkasan Ilmu Al Qur’an]

————————————————————————————————————–

Faedah Mengetahui Asbaabun-Nuzul

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah

Mengetahui asbaabun-nuzul (sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an) merupakan hal yang sangat penting, karena mengandung beberapa faedah. Diantaranya :

1. Menjelaskan bahwa Al-Qur’an benar-benar turun dari Allah ta’ala

Hal ini dapat dilihat bahwa terkadang Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam jika ditanya tentang suatu masalah, beliau terdiam dan tidak menjawab pertanyaan itu sampai turun wahyu kepadanya, atau beliau sedang menghadapi suatu permasalahan, kemudian turun wahyu kepada beliau sebagai penjelas atas hal tersebut.
[Baca Selengkapnya]

Mukhtashar Ulumil-Qur’aan

[Ringkasan Ilmu Al Qur’an]

————————————————————————————————————–

Turunnya Al-Qur’an Secara Ibtida’i dan Sababi

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah


Turunnya Al-Qur’an dibagi menjadi dua macam :

1. Secara ibtida’i; yaitu ayat Al-Qur’an yang turun tanpa didahului oleh suatu sebab yang melatarbekanginya. Dan mayoritas ayat-ayat Al-Qur’an turun secara ibtida’i, diantaranya firman Allah ta’ala :

وَمِنْهُمْ مّنْ عَاهَدَ اللّهَ لَئِنْ آتَانَا مِن فَضْلِهِ لَنَصّدّقَنّ وَلَنَكُونَنّ مِنَ الصّالِحِينَ

”Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah; sesungguhnya Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bershadaqah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih” (QS. At-Taubah : 75).
[Baca Selengkapnya]

Mukhtashar Ulumil-Qur’aan

[Ringkasan Ilmu Al Qur’an]

————————————————————————————————————–

Urgensi Kisah Dalam al-Qur’an

Definisi

Secara bahasa kata al-Qashash dan al-Qushsh maknanya mengikuti atsar (jejak/bekas). Sedangkan secara istilah maknanya adalah informasi mengenai suatu kejadian/perkara yang berperiodik di mana satu sama lainnya saling sambung-menyambung (berangkai).

Kisah-kisah dalam al-Qur’an merupakan kisah paling benar sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta’ala,

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا

“Dan siapakah orang yang lebih benar perkataannya dari pada Allah.?” (QS.an-Nisa’:87).

Hal ini, karena kesesuaiannya dengan realitas sangatlah sempurna.
[Baca Selengkapnya]

Pengertian al-Qur’an

Mukhtashar Ulumil-Qur’aan

[Ringkasan Ilmu Al Qur’an]

————————————————————————————————————–

Pengertian al-Qur’an

Secara Bahasa (Etimologi)

Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan (قرأ قرءا وقرآنا) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan (غفر غفرا وغفرانا). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.*

[Baca Selengkapnya]